Dalam produk dengan kategori sejenis, sebut saja air mineral, Le Minerale akrab dengan sebutan ‘air yang ada manis-manisnya’ sedangkan Aqua lebih dikenal sebagai ‘sumber mata air asli pegunungan’. Mengapa keduanya berbeda? Itulah hasil dari identitas brand, ciri khas yang membedakan suatu produk dengan produk sejenis lainnya.
Dalam proses perjalanan konsumen, identitas inilah yang membuat konsumen bukan hanya mengetahui, melainkan mengenal suatu brand. Alhasil, terjadi pembelian berulang atau loyalty loop jika terbangun jati diri yang kuat, khas, dan konsisten.
Meski terkesan simpel, jati diri brand tidak terbatas pada logo dan slogan perusahaan. Setiap unsur visual, audio, hingga layanan yang sampai kepada konsumen merupakan bibit identitas brand. Lalu, bagaimana agar identitas yang brand kamu inginkan, dapat tertanam dengan kuat di benak konsumen? Ini dia 3 tips ala Burhan!
- Tentukan Tujuan dan Brand Positioning
Sebelum mengenalkan identitas brand, tentukan dahulu nilai utama yang ingin usaha kamu tawarkan alias Jobs-to-be-Done (JTBD). JTBD membahas seputar permasalahan apa dari sisi konsumen, yang ingin usaha kamu selesaikan lewat produk atau jasa. Menurut seorang praktisi di bidang pemasaran Google, identitas brand yang kuat harus bisa menjawab ‘what’s your purpose on making something better and more appealing?’. Artinya, tentukan dulu purpose atau tujuan kamu menawarkan produk atau jasa tersebut. Apakah tujuanmu relevan dengan keinginan target market? Apakah produk atau jasa yang kamu tawarkan mampu menyelesaikan pain point mereka? Jika ya, maka kamu berada di jalan yang tepat.
Core value dari JTBD inilah yang bisa kamu jadikan sebagai dasar tujuan serta acuan dalam membentuk brand positioning usaha kamu. Agar kesadaran terhadap brand meningkat, diperlukan identitas yang mudah diingat. Contohnya, ketika konsumen mendengar “tumbuh tuh keatas, bukan ke samping”, hal pertama yang teringat adalah brand Hilo.
Selain mudah diingat, nilai yang brand kamu tawarkan harus sejalan dengan visi dan misi usaha. Sebagai produk susu yang ingin membantu konsumen dengan masalah tinggi badan, slogan tersebut sangat erat dengan value Hilo.
2. Tentukan Target Pasar yang Konsisten
Dalam menentukan value produk atau jasa, brand perlu menentukan siapa target pasar ingin dituju dan identitas seperti apa yang tepat bagi mereka. Selain itu, brand harus mengerti bagaimana cara mengkomunikasikan value brand secara efektif. Inilah mengapa brand perlu melakukan market research, yaitu riset kepada target konsumen yang dapat dilakukan secara kualitatif seperti melalui interview dan observasi, maupun secara kuantitatif seperti melalui survei dan kuesioner.
Walaupun konsistensi adalah hal yang penting, brand tetap perlu bersikap adaptif pada perubahan. Jika berkaca dari brand multinasional yang sudah melegenda, salah satu karakteristik yang mereka pegang adalah fleksibilitas dalam menggeneralisasikan brand supaya sesuai dengan kebutuhan target pasarnya. Salah satunya bisa melalui rebranding, yakni dengan mengubah unsur identitas brand seperti logo, warna, hingga slogan, dengan mengacu pada perubahan pada trend, selera konsumen, dan kemajuan teknologi.
- Gunakan Logo, Warna, Tipografi yang Khas dan Menarik
Dalam menganalisis identitas brand, tak lengkap rasanya jika tidak membahas logo dan elemen mendetail di dalamnya, seperti warna, font dan bentuk. Meski kesetiaan konsumen terhadap brand tidak ditentukan oleh logo, namun logo memegang peranan penting dalam meningkatkan dan mempertahankan awareness terhadap usaha kamu.
Sebut saja Gojek yang identik dengan warna hijau, sehingga ketika konsumen melihat pengendara sepeda motor dengan jaket berwarna hijau, mereka akan langsung teringat pada brand Gojek. Karena setiap warna memiliki efek psikologisnya masing-masing, brand tidak dapat bergantung pada campuran warna semata, melainkan mengacu pada sisi emosional yang ingin dibangun. Agar value semakin tersampaikan, alangkah baiknya untuk memprioritaskan warna primer dengan tidak terlalu banyak campuran.
Tak hanya logo dan warna, konsistensi dari tipografi juga tak kalah penting. Pilih tipografi yang sederhana dan jangan menggabungkan lebih dari 2 keluarga font. Beberapa font yang sering digunakan brand besar adalah Helvetica, Futura, dan Verdana.
Yuk, mulai perkuat identitas brand-mu dengan menggunakan beberapa tips di atas. Jangan lupa ikuti juga Instagram OWL Club untuk mendapat insight seputar branding dan marketing lainnya, ya!